Minggu, 05 April 2015

Bukan Kolam Renang Terakhirku

            Pernahkah teman-teman berpikir bahwa waktu berjalan terlalu cepat bagi anda untuk kembali lagi pada pencipta kita? Saat semua terasa begitu menyenangkan, saat semua terasa benar dan sesuai pada tempatnya? Itulah yang pernah saya alami teman-teman.
            Dulu saat saya masih SD sekitar tahun 2000-an, saya dan keluarga liburan ke Garut, menginap dipenginapan karena waktu itu kalau tidak salah waktu saya lagi liburan sekolah dan jalan-jalan ke Garut merupakan hadiah dari ayah karena berhasil jadi ranking 1 (bukan sombong :D). Singkat cerita, saya dan keluarga nemu penginapan yang dekat dengan kolam renang karena sampai saat maghrib jadi kami memutuskan untuk berenang besok pagi saja.
            Esok paginya, kami sekeluarga dengan semangat pergi ke kolam renang, Jujur, pada saat kecil saya adalah anak yang hobi banget berenang jadi saya over excited dang a sabar banget buat segera nyemplung ke kolam. Saat sampai, saya lihat keadaan kolam tidak terlalu ramai, yah setidaknya saya bisa kecipak-kecipuk dengan bebas hehehe.
            Di tempat kami berenang kalau tidak salah ada 3 kolam renang. 1 yang 1,5 meter, 1 yang 3 meter dan 1 yang kolam dangkal khusus untuk anak-anak. Ibu saya langsung mengganti baju saya dan ayah saya pergi ke wc. Ohiya saya lupa bilang, saya punya adik 1 jadi setelah saya mengganti baju otomatis ibu saya langsung mengganti baju adik saya.
            Setelah saya ganti baju jadi baju renang, saya langsung lari dan lompat ke kolam yang paling sepi tanpa ibu saya sadari. Ternyata kolam yang saya masuki adalah kolam dengan kedalaman 3 meter. Saya yang keadaannya masih shock dan tegang hanya bisa berusaha agar dapat terlihat orang bahwa ada seorang anak kecil yang sedang berusaha untuk tetap bertahan hidup. Saya masukin kepala ke air lalu keluar lagi gitu seterusnya sampai saat saya kira saya sudah tidak kuat lagi datang seorang penjaga kolam renang yang pada saat saya sampai sosoknya ga keliatan entah dimana. Penjaga kolam itu datang bersama ayah saya karena ayah saya sadar bahwa saya tiba-tiba menghilang. Penjaga kolam itu menolong saya dan ALHAMDULILLAHHHHH saya masih diberi umur oleh Allah SWT. Thank you aa penjaga kolam.

            Setelah saya ditolong dan diangkat, saya disuruh istirahat dulu dan dimarahin sedikit ehehehe. Maklum dulu saya anaknya mijah banget makanya kena batunya. Untung masih diberi keselamatan oleh Allah SWT melalui penjaga kolamku tercinta dan ayahku tersayang. Lalu setelah saya pulih, saya langsung lari-lari dan berenang lagi hahaha, Alhamdulillah yang sekarang mah engga tenggelam lagi. Pelajaran buat saya adalah kehati-hatian merupakan hal yang harus sangat diperhatikan dan satu lagi SABAR cyin heheh. Semoga cerita saya dapat sedikit menghibur teman-teman. Arigatou J

Wanita dalam Pandangan Islam

Wanita adalah sosok yang kerap kali menjadi perbincangan yang tiada habisnya, ada yang mengaggung-agungkan wanita dan ada juga orang yang menganggap wanita adalah sumber dari segala kesalahan, sumber dari segala kriminalitas dan sumber dari segala bentuk bencana. Bahkan tak banyak orang yang menilai bahwa wanita merupakan masyarakat kelas 2. Wanita tidak berhak berpendapat bahkan mengurus dirinya sendiri. Semua harus diatur oleh laki laki
Pada umumnya, ada 2 kelompok manusia dalam memandang wanita, yaitu:
a.       Kelompok yang berbaik sangka terhadap wanita
b.      Kelompok yang menjadi musuh wanita
Satu hal yang perlu kita renungi adalah baik kelompok yang memuja  atau menjadi musuh wanita terkadang melakukan eksploitasi terhadap keberadaan wanita. Seringkali wanita tidak menyadarari apakah dia dimanfaatkan atau dimuliakan. Oleh karena itu, setiap muslim harus tahu dan mengerti bagaimana cara memperlakukan wanita dalam ajaran Islam.
Islam merupakan agama yang menyebarkan kasih sayang dan rahmat untuk semesta alam. Islam yang kehadirannya ditengah masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam dengan ajaran dan tuntunan hidup-Nya.
Untuk dapat menjalankan sebuah kehidupan dengan benar dalam kehidupan, Islam memberikan aturan-aturan yang jelas dan sesuai dengan bobotnya masing-masing. Keseimbangan proporsi amanah yang diberikan Allah terhadap manusia tersebut menunjukan wujud perhatian Islam dalam menjaga keselarasan dan kebahagiaan hidup manusia.
Islam merupakan agama yang mampu membebaskan wanita dari anggapan buruk terhina memiliki anak perempuan. Kisah Umar bin Khattab menjelaskan bagaimana  budaya Arab jahiliyah terhadap wanita, sehingga ia rela menguburkan anak perempuannya agar tidak mendapat malu. Pada saat itu wanita menjadi harta warisan bila ayahnya wafat. Islam pulalah yang mengajarkan kedua orang tua  untuk dapat merawat dan mendidik anak perempuannya bila keduanya ingin masuk surga.
“Dalam Islam, wanita bukanlah musuh atau kawan lelaki. Sebaliknya, wanita adalah bagian dari laki-laki demikian pula laki-laki adalah bagian dari wanita, Keduanya bersifat saling melengkapi.” (QS.Ali Imran (3):195)
Dari ayat diatas tergambar jelas bahwa Islam memandang laki-laki dan wanita sama dalam penciptaannya dan kemuliannya. Namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya. Islam memberikan porsi khusus yang tidak diberikan kepada laki-laki, begitu juga sebaliknya. Ironisnya, pada zaman sekarang justru porsi dan perhatian khusus yang diberikan oleh Allah SWT kepada wanita sering disalahtafsirkan sebagai bentuk larangan atau kekangan.
Dalam Islam tidak pernah dibayangkan adanya pengurangan hak wanita demi kepentingan laki-laki karena Islam adalah syariat yang diturunkan untuk laki-laki dan perempuan. Akan tetapi ada beberapa pemikiran keliru tentang wanita yang menyelusup kedalam benak sekelompok umat Islam sehinngga mereka senantiasa memiliki persepsi negative terhadap peran dan watak wanita.
Islam begitu memanjakan wanita, bahkan sampai tidak ada kewajiban  bagi wanita untuk bekerja mencari uang karena sudah tugas kaum laki-laki untuk memberi nafkah dan menjaga serta melindungi kaum wanita.
“Laki-laki adalah pemimpin wanita karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka. Oleh karena itu, wanita yang sholihah adalah wanita yang menaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka.” (QS; An-Nisa (4):3)
Bukti lain mengenai kemuliaan wanita di mata Islam adalah mengenai aturan untuk berhijab dan larangan berpacaran dalam Islam. Kedua hal ini merupakan kontradiksi yang bagi beberapa wanita mungkin justru menjadi kekangan dan larangan untuk bisa menikmati hidup. Namun pahamilah, hal ini merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT terhadap kaum wanita.
Dengan berhijab secara sempurna, aurat wanita akan tertutup yang akan mencegah timbulnya kriminalitas karena aurat yang diumbar akan mengundang nafsu syahwat. Allah memerintahkan kaum wanita untuk menutup aurat dikarenakan nilai wanita itu sendiri yang begitu istimewa dimata Islam.

Jadi, kesimpulannya adalah pada dasarnya Islam sangat menghormati wanita sebagai makhluk yang lemah lembut. Karena fitrahnya itulah yang membuat Islam sangat melindungi dan memuliakan wanita. Berbagai anjuran dan larangan sudah dibuat langsung oleh Allah SWT sebagai bentuk pemuliaan kaum wanita. Pilihan tinggala ada ditangan wanita itu sendiri, apakah ingin menjaga kemuliaan dirinya atau menganggap semua ini tidak penting. 

Jumat, 03 April 2015

The Purge: Anarcy - Welcome to America where one night a year all crime is legal

Pernah kepikiran apa yang bakal kejadian kalau ada satu hari di satu tahun dimana semua kejahatan dibolehin buat dilakuin? Pasti bakal banyak perampokan, pembunuhan sama pembegalan dimana mana.

Itulah yg diceritain sama film ‘The Purge:Anarchy’, film ini menceritakan gimana Amerika Serikat memulai sebuah tradisi yang dinilai bisa ampuh ngurangin angka kemiskinan, pengangguran sampe kriminalitas secara signifikan. ‘pembersihan’ digelar yang memnolehkan masyarakat bertindak kriminal dalam kurun waktu 12 jam terhitung sejak pukul 7 malam. Para partisipan dibolehkan untuk berbuat apa saja, dengan catatan engga melukai pejabat tinggi maupun menggunakan senjata pemusnah massal. Bagi warga yang engga mau berburu biasanya nyari aman dengan mengunci rapat-rapat rumahnya meski ini juga engga menjamin mereka terbebas dari sasaran empuk. 

Kemalangan itu datang ke James Sandin (Ethan Hawke), penjual sistem keamanan, beserta keluarga yang tinggal di sebuah perumahan kelas atas tapi kali ini yang jadi korban pendobrakan adalah Eva (Carmen Ejogo) yang tinggal bersama putri semata wayangnya, Cali (Zoe Soul). Biar udah ngebentengin apartemen mungilnya dengan papan, toh akhirnya tetangga Eva yang nyimpan dendam berhasil membobol apartemennya, memupus rencana Eva dan Cali berdiam diri dalam ketenangan di rumah. Keduanya mau tak mau turut terseret ke tradisi sadis yang menggerus habis sisi kemanusiaan ini dan nyaris menjadi bagian dari ‘warga yang dikorbankan’ sebelum akhirnya diselamatin sama Sersan Leo (Frank Grillo) yang punya rencana tersembunyi. Ringkih-ringkihan di jalanan Los Angeles yang tengah membara, ketiga orang asing ini bersama pasangan apes, Shane (Zach Gilford) dan Liz (Kiele Sanchez), mutusin untuk kerja sama untuk bertahan hidup di malam yang mengerikan ini. 

Harus diakuin, premis kreasi James DeMonaco soal pelegalan tindak kriminal dalam satu malam terdengar menggugah, gila, dan ambisius secara bersamaan. Membayangkan destruksi (pula kekacauan) yang ditimbulin dari pelampiasan nafsu manusia yang ga terkontrol membuat imajinasi liar menari-nari riang di kepala. Ada rasa penasaran gimana DeMonaco akan memanifestasi ‘high concept’ yang susah ditolak ini menjadi sebuah bahasa gambar yang mengikat, dan tentunya, sesinting gagasan utamanya. Hanya saja, ekspektasi sebagian penonton yang membumbung tinggi, diruntuhkan DeMonaco begitu saja lewat The Purge yang, errr... kelewat sederhana dan mengada-ada. Ujung-ujungnya tidak lebih dari sebuah film tentang ‘home invasion’ biasa yang sering kita jumpai di genre thriller. Berusaha perbaikin kesalahannya di The Purge pertama, instalmen kedua yang memperoleh embel-embel judul Anarchy ini pun diperluas skalanya. Engga lagi cuman hujaman teror dalam rumah melainkan  membesar menjadi cara bertahan hidup di sudut-sudut kota Los Angeles. Menempatkan para tokoh utama pada posisi Dwayne (Edwin Hodge) seperti di film pertama, berlarian kesana kemari mencari perlindungan. 

Untuk sesaat, ini berhasil. Ada penggambaran lebih utuh untuk penonton soal bagaimana tradisi pembersihan ini dirayakan oleh masyarakat di Amerika Serikat – bukan lagi berwujud narasi basa basi belaka. Tuturan yang dikedepankan pun untuk sekali ini jadi lebih kompleks dengan menghadirkan kaum pemberontak, ‘cult’ yang tumbuh subur di kalangan masyarakat berkantong tebal, serta misi terselubung pemerintah. Menit-menit awal The Purge Anarchy berhasil menahan perhatian, ada ketegangan tercipta saat mobil yang ditumpangi Shane dan Liz mendadak ngadat di tengah jalan sementara sekelompok berandalan bertopeng misterius mengincar atau ketika apartemen Eva dan Cali diterjang. Si pembuat film berhasil mempertahankannya cukup lama ngebiarinin penonton melewati fase deg-degan berulang kali, sesuatu yang tak dimiliki oleh ‘The Purge’ pertama. Tapi lalu, apa yang dikhawatirin pun terjadi. The Purge Anarchy jatuh ke lubang yang sama saat pengisahan mulai terbaca memasuki babak kedua dan film engga pernah bisa bergerak lebih jauh lagi untuk nge-eksplor kegilaan gagasan utamanya. DeMonaco terjebak pada keklisean genre ini, menerapkan formula yang telah bolak-balik diaplikasikan oleh film dari rumpun yang sama sehingga (sekali lagi) premis besar yang dimiliki terbuang sia-sia.

Biar dari segi cerita dianggap sedikit mengecewakan lagi tapi dari segi gambar dan ekspresi para pemain patut diacungi jempol karena jujur waktu saya nonton ini pengambilan gambar dan idenya ngebuat saya takjub. Semoga di the purge the purge setelahnya DeMonaco bisa mengeksplor lebih dalam J